Bermalam di rumah pohon Pulau Leebong itu, bagi saya rasanya seperti merayakan ketenangan di tempat paling tenang. Di malam hari, pulau ini memang memamerkan kesunyian paling sunyi, tak heran jika rumah pohon yang letaknya di area ‘private’ itu mampu membuai menerbangkan segala aktitivas otak yang biasa menggelayuti keseharian.
Rumah pohon yang saya maksud bernama Villa Zarra, merupakan rumah pohon pertama yang dibangun di Pulau Leebong. Nama Zarra diambil dari nama putri Muhaimin Iskandar (politikus yang akrab dipanggil Cak Imin atau Gus Imin) yang pernah menginap di villa tersebut. Saya sempat menyaksikan pembangunan villa saat berkunjung ke Pulau Leebong pada tgl 5 bulan Mei lalu. Dikerjakan oleh tukang-tukang berpengalaman yang didatangkan dari Jepara dan dibuat dengan menggunakan bahan-bahan pilihan. Wajar jika kemudian hasil karya para tukang menjelma sebuah villa menawan yang amat menggoda untuk diinapi.
Baca ini juga: Pulau Leebong yang Menakjubkan
Rumah pohon yang saya maksud bernama Villa Zarra, merupakan rumah pohon pertama yang dibangun di Pulau Leebong. Nama Zarra diambil dari nama putri Muhaimin Iskandar (politikus yang akrab dipanggil Cak Imin atau Gus Imin) yang pernah menginap di villa tersebut. Saya sempat menyaksikan pembangunan villa saat berkunjung ke Pulau Leebong pada tgl 5 bulan Mei lalu. Dikerjakan oleh tukang-tukang berpengalaman yang didatangkan dari Jepara dan dibuat dengan menggunakan bahan-bahan pilihan. Wajar jika kemudian hasil karya para tukang menjelma sebuah villa menawan yang amat menggoda untuk diinapi.
Baca ini juga: Pulau Leebong yang Menakjubkan
Nama yang cantik, secantik pemilik nama dan villanya :) |
Saat saya kembali ke Pulau Leebong pada bulan Juli, rumah pohon yang kental dengan nuansa alam tersebut sudah dalam tampilan terbaiknya. Dikelilingi tumbuh-tumbuhan asli pulau yang sengaja dibiarkan tetap hidup, bahkan batang dan dahannya sebagian ada di dalam rumah, seolah menyatu. Menghadirkan suasana asri yang menyejukan mata dan hati.
Rumah Kayu yang Kuat
Untuk mencapai bagian dalam rumah, saya menaiki tangga kayu yang didesain sedemikian rupa. Mudah dan tidak curam untuk dinaiki. Saya tidak ragu untuk naik meski tiang-tiang yang menopang rumah tidak sebesar pelukan orang dewasa. Tapi tiang-tiang itu kuat, daya tahannya pasti sudah diperhitungkan sebelumnya.
Saya sempat naik bersama beberapa pengunjung yang ingin melihat-lihat. Ada sekitar 6-7 orang sekaligus. Aman? Ya aman saja. Tidak goyang, apalagi sampai rubuh.
Tangga ada di bawah rumah |
Semua bahan rumah terbuat dari kayu, mulai dari tiang, tangga, dinding, lantai, rangka atap, bahkan kamar mandinya. Sedangkan atapnya menggunakan daun kelapa yang telah kering. Terdapat beranda mungil hampir mengelilingi seluruh bagian luar villa. Dan di salah satu sisi beranda terdapat tangga untuk naik, tempat bersantai di atas pohon.
Ada kursi goyang di beranda, nyaman untuk menyandarkan badan sambil menikmati suasana asri di sekeliling villa. Bisa lihat panorama laut juga karena jarak rumah pohon dengan laut tidak jauh.
Ada kursi goyang di beranda, nyaman untuk menyandarkan badan sambil menikmati suasana asri di sekeliling villa. Bisa lihat panorama laut juga karena jarak rumah pohon dengan laut tidak jauh.
Beranda |
santai |
Tangga menuju balkon paling atas |
Santai di atas pohon |
Kamar Romantis
Di dalam rumah pohon terdapat dua buah ranjang dengan kasur empuk, masing-masing dilengkapi 4 buah bantal. Pertama masuk rumah ini, lalu melihat kasurnya, saya tidak sabar untuk segera merebahkan badan. Yaah…perjalanan dari Jakarta ke pulau ini lumayan melelahkan (tapi dinikmati). Tiga kali ganti moda transportasi, dari naik pesawat, naik mobil, hingga naik perahu cepat. Wajar ya kalau merasa ingin lekas berbaring, apalagi suasana di dalam rumah pohon ini nyaman sekali, mengundang untuk lekas memejamkan mata.
Di dalam rumah pohon terdapat dua buah ranjang dengan kasur empuk, masing-masing dilengkapi 4 buah bantal. Pertama masuk rumah ini, lalu melihat kasurnya, saya tidak sabar untuk segera merebahkan badan. Yaah…perjalanan dari Jakarta ke pulau ini lumayan melelahkan (tapi dinikmati). Tiga kali ganti moda transportasi, dari naik pesawat, naik mobil, hingga naik perahu cepat. Wajar ya kalau merasa ingin lekas berbaring, apalagi suasana di dalam rumah pohon ini nyaman sekali, mengundang untuk lekas memejamkan mata.
Merebahkan badan di sini bikin malas bangun :D |
Separuh sisi dinding rumah menggunakan kaca tembus pandang sehingga menampakkan pemandangan di luar dengan sangat jelas. Beberapa kali terlihat burung melintas, terbang lalu singgah di ranting pohon. Dan saya bisa melihat itu cukup sambil berbaring dari tempat tidur.
Kalau malam, tak ada pemandangan apa-apa. Gelap gulita. Kalau saya sih, karena pada dasarnya memang penakut, lebih suka tutup rapat kaca dengan gorden hehe. Tapi sebenarnya tidak gelap sekali. Lampu-lampu di luar rumah tinggal dinyalakan, termasuk beberapa lampu sorot yang dipasang di beberapa tempat di antara pohon-pohon dapat membuat sekitar rumah pohon jadi benderang.
Kalau suasana malamnya seperti ini, kamu perlu kawan di malam hari |
Fasilitas Kamar
Rumah pohon dilengkapi AC yang berguna untuk dipakai pada siang hari. Meski berada dekat area hutan pulau, dikelilingi banyak pohon, cuaca di siang hari kadang terasa panas. Jika sedang ingin istirahat siang, AC ini bisa digunakan untuk menyejukkan udara di kamar. Tapi kalau saya sih siang hari mending kelayapan keliling pulau ketimbang mendekam dalam kamar. Sayang kalau pulau Leebong yang elok ini dilewatkan begitu saja keindahannya. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di pulau seperti berenang, main kayak, kano, menyusuri mangrove, sepedaan keliling pulau, main pasir, menyaksikan sunset, main voli, dan aktivitas menyenangkan lainnya.
Tenang, ada AC, ga akan kepanasan |
Tanpa TV. Ya, tentu saja tidak perlu TV. Jauh dari TV itu justru sebuah kemewahan, bukan? Apalagi di sini. Mendengar bunyi dan gambar dari alam adalah tontonan yang jauh lebih menyenangkan. Berteman sepi, desau angin, bunyi serangga-serangga malam, adalah ‘sorga’ yang dirindukan bagi saya yang sehari-harinya tinggal di kota.
Kalau misal memang ada yang perlu ditonton di TV, mungkin bisa dilakukan di pondok makan. Di sana ada TV dengan layar besar. Bisa nonton sambil makan, atau sambil menyeruput kopi.
Ga perlu TV, tonton saja pemandangan di luar kamarnya |
Atau, tonton saja ini |
Kamar Mandi Dalam
Rumah pohon memiliki kamar mandi dengan paduan desain bernuansa alam dan modern. Dindingnya dari kayu, lantai batu, dilengkapi wastafel berukuran agak besar. Toiletries lengkap, handuk lembut, kloset duduk, dan shower dengan keran air panas dan dingin yang berfungsi dengan baik.
Atap kaca transparan di atas kamar mandi, membuat saya seolah diintip tanpa jenuh oleh langit dan dedaunan yang kerap bergoyang ditiup angin…he he.
Dinding kamar mandinya juga dari kayu |
Meja wastafel juga dari kayu |
toiletries lengkap |
Ada lemari pakaian mencakup beberapa hanger di dalamnya. Terdapat dua tempat duduk empuk dan meja yang merapat dinding kaca, menghadap keluar. Komplimen yang saya terima di kamar mencakup 2 botol air mineral. Ada juga teko listrik untuk membuat minuman yang dilengkapi dengan kopi+teh+gula.
Lemari/rak berisi gelas, mug, air minum, lotion dan spray anti serangga, handuk, teko listrik |
Kursi nyaman di dalam kamar |
Listrik dan Alat Komunikasi
Saya tidak perlu khawatir untuk mengisi daya pada batre ponsel, kamera, maupun powerbank karena tersedia power outlet yang cukup di dalam kamar.
Tidak ada telp untuk memanggil staff guna minta bantuan, tapi ada HT yang bisa dipakai sebagai alat komunikasi. Kalau siang sebenarnya alat itu tidak dibutuhkan. Tinggal turun, kayuh sepeda ke pondok makan, temui langsung petugasnya jika butuh sesuatu.
Malam hari HT tentu perlu dibawa ke villa. Sekedar jaga-jaga kalau ada keperluan darurat. Mau keluar sendiri mungkin agak takut ya sama suasana gelap hehe (itu saya aja kali!). Duh…Tapi saat saya bermalam di rumah pohon, HT tidak saya gunakan sama sekali. Sampai di kamar langsung masuk selimut, peluk guling, tidur ga bangun-bangun sampai pagi. Oh ya, sebelum tidur saya sempat memandang keluar. Dari balik dinding kaca, pohon-pohon terlihat kehitaman, sementara langit kelam berhiaskan bulan separuh bulat dan kerlip bintang-bintang. Amboi……malam itu saya antara takut (saya takut gelap!) dan takjub.
saat hari mulai gelap |
Ajak teman kumpul di luar |
hangatkan diri dengan api unggun! |
Atau ngopi-ngopi ganteng di pondok makan / resto |
Tidak Khawatir Serangga dan Hewan Liar
Tinggal di rumah pohon dekat dengan area hutan pulau tentu ada rasa khawatir terhadap hewan serangga, juga hewan seperti ular. Saya sebut ular karena saya adalah salah satu manusia yang paling takut dengan ular. Di mana-mana hewan ini seperti menghantui saya. Nah, di rumah pohon pun tak terkecuali. Dalam pikiran saya, ular pasti banyak sekali dekat sini. Banyak pohon gitu, ya kan. Jangan-jangan nanti si ular diam-diam meliuk-liuk masuk rumah, lalu cetoook saya dipatok ketika tidur. Huhu. Oh ya, saya juga khawatir pada nyamuk.
Namun, bukan Pulau Leebong namanya jika pengelolanya tidak memperhitungkan kekhawatiran pengunjung yang ingin bermalam di villanya. Rumah pohon dibuat dengan penuh ketelitian. Tidak ada celah bagi serangga apalagi ular untuk masuk rumah. Papan-papan dindingnya dipasang sangat rapat. Batang pohon yang ‘melintasi’ ruang dalam ditutup dengan dinding yang didesain khusus.
Di sini, tiap sore ada pengasapan guna mencegah dan mengurangi nyamuk. Dan akhirnya saya bisa merasakan sendiri bisa tidur nyenyak sepanjang malam tanpa gangguan nyamuk. Legaa…..
Dinding-dindingnya rapat, tidak ada celah yang membuat hewan bisa masuk |
Pohon di dalam rumah, bagian batang yang menempel dinding ditutup rapat |
Semua tertutup rapat hingga ke sudut. |
Sajian Pagi yang Indah
Pagi hari terbangun dalam keadaan sehat tanpa beban pikiran merupakan kebahagiaan tersendiri. Apalagi di tempat indah ini saya disuguhi pemandangan matahari terbit. Luar biasa rasanya.
Saat menginap di rumah pohon, pagi hari hujan, saya tidak keluar dan tidak pergi ke pantai untuk melihat sunrise. Pada malam sebelumnya, saat saya menginap di tenda, cuaca sangat baik, saya berlari ke pantai sambil menenteng kamera. Dan saya mendapatkan momen itu..
Menanti matahari terbit |
Pagi itu ada syuting acara Healthy Life TransTV |
Menyehatkan badan dengan bersepeda di pantai |
Sensasi Bermalam di Tenda
Selain merasakan menginap di rumah pohon, saya juga merasakan menginap di tenda. Sensasinya itu lho. Ternyata tak kalah mengesankan. Tenda lebih dekat dengan pondok makan. Malam hari, tidak takut bolak-balik kalau mau ke pondok makan atau kamar mandi. Lain halnya dengan rumah pohon, saya mesti mepet-mepet orang lain ketika berjalan menuju villa. Seram lihat gelap di kiri kanan he he
Di dalam tenda disediakan kelambu. Satu orang satu kelambu. Ada kasur, bantal, dan selimut. Selimut ini sangat berguna karena malam hari udara terasa lebih dingin. Kalau siang, udara dalam tenda agak panas, biasanya penutup tenda mesti dibuka biar udara tidak pengap. Tapi ada kipas angin yang bisa digunakan untuk mendinginkan udara. Ada pula AC portable. Satu tenda bisa menampung 20 orang. Besar ya. Asik kalau tidur rame-rame.
Kalau menginap di tenda, letak kamar mandinya di luar, hanya 20 meteran saja di belakang tenda. Kamar mandinya ada 4, bisa digunakan semua. Kloset di kamar mandi kloset duduk, shower dan keran semuanya berfungsi dengan baik.
Jadi, meski menginap di tenda, tapi fasilitasnya memadai. Tidak ada yang namanya kesulitan untuk makan/tidur/mandi.
Kalau mau makan tinggal jalan ke pondok yang ada di samping tenda, hanya dipisah oleh lapangan voli. Sekitar 20 meter dari depan tenda langsung pantai. Dan dari pantai inilah saya bisa lihat sunrise dan sunset. Kalau mau lebih jelas lagi, sunset bisa disaksikan dari jetti. Memang agak jauh jalan kaki ke sana, tapi di sanalah tempat terbaik untuk melihat atau memotret matahari terbenam.
Jelang matahari terbenam ke sini saja |
Main kayak bisa pagi atau sore hari *photo by +yopie franz |
Bersepeda keliling pulau |
Tenda atau Rumah Pohon?
Saat ini, Pulau Leebong baru memiliki dua buah tenda/barak. Keduanya disewakan untuk digunakan sebagai tempat bermalam. Sedangkan rumah pohon baru ada satu, yaitu Villa Zarra.
Menurut keterangan Pak Toto, GM yang mengelola wisata Pulau Leebong, dalam waktu dekat akan didatangkan lagi para tukang dari Jepara untuk membangun 5 unit rumah pohon seperti Villa Zarra. Nah, ini akan jadi kabar baik bagi para pengunjung seperti saya yang amat ketagihan bermalam di rumah pohon. Bakal banyak villa untuk banyak pengunjung. Nggak bakal rebutan! :D
Sensasi bermalam di tenda juga asik |
Bermalam di rumah pohon terasa romantisnya |
Suasana Sangat Alami
Rumah pohon di Pulau Leebong ini memang ikonik sekali. Dan memang inilah yang ditawarkan pengelola pulau. Memberi kenyamanan bagi siapapun yang ingin menikmati ketenangan dalam suasana yang masih sangat alami.
Dikatakan alami karena rupa dari pulau ini masih seperti aslinya. Pohon-pohon liar dengan berbagai macam buah yang enak dimakan oleh para burung masih dipertahankan. Itu sebabnya burung-burung masih betah tinggal. Saya bisa dengar bunyi cuitannya. Saya bisa lihat kepak sayapnya.
Tak hanya buah-buahan, pohon dengan bunga-bungaan pun banyak. Tak heran jika para pengelola pulau beberapa kali memanen madu di hutan pulau. Bunga-bungaan dari pepohonan yang dibiarkan tetap hiduplah itulah yang membuat lebah bisa makan dan menghasilkan madu. Pohon simpor yang merupakan tanaman khas Belitung bisa dijumpai dengan mudah, dekat rumah pohon pun ada.
Buah Jambu Hutan |
Jenis buah dan bunga kesukaan kupu-kupu, lebah dan burung |
kesukaan para burung |
Simpor, tumbuhan khas Belitong |
Menikmati Kesendirian
Pulau ini tidak hanya menjadi tempat untuk bergembira dan menikmati aneka permainan ala pantai bersama teman/keluarga. Tapi juga tempat untuk menyepi dan menikmati ketenangan. Oh ya, menyepi/sendirian tidak identik dengan kesepian. Mencari tempat tenang tidak berarti hati tidak tenang. Ada orang yang sengaja menyepi untuk menikmati kesendirian, meluangkan waktu untuk menghentikan ‘mode aktif’ pada otak. Orang yang hatinya tenang pun banyak yang pergi ke tempat tenang untuk merayakan ketenangan.
Pulau Leebong memiliki pantai pasir di bagian depan dan belakang. Di bagian belakang, pantai pasirnya sangat luas. Sedangkan yang di depan tidak terlalu luas. Biasanya aktivitas/games dilakukan di pantai depan. Makanya bagian depan cukup ramai oleh aktivitas pengunjung. Lain halnya di pantai belakang, di sana sepi. Saya suka di sana, bisa bersantai dan menikmati suasana tenang dari pondok kayu yang ada dekat pantainya.
Yopiefranz jalan kaki, menikmati suasana pantai Pulau Leebong |
Merayakan Ketenangan
Saya termasuk orang yang jika datang ke pulau seperti Leebong ini, lebih suka leyeh-leyeh, tidak diburu-buru oleh sesuatu. Membiarkan waktu berjalan, kalau bisa lebih lambat. Membaringkan badan, telentang memandang langit tanpa ada yang memanggil-manggil untuk suatu urusan.
Saya akan membiarkan burung-burung terbang melintas di atas badan, menikmati angin sepoi-sepoi yang membelai wajah, atau bahkan tertidur sampai terbangun sendiri oleh kicau perut yang keroncongan minta diisi.
Merayakan Cinta
Pulau yang tenang dengan rumah pohon yang romantis, bagi saya tempat ini merupakan tempat yang tepat untuk merayakan cinta. Cocok buat honeymoon pertama, atau pun honeymoon yang ke sekian kali.
Tidur nyaman di malam hari, beraktitivas sehat di siang hari. Udara bersih tanpa polusi, makan sehat terjaga mutunya. Jadi, kenapa tidak saya rekomendasikan saja Pulau Leebong ini kepada kalian hai para penikmat keindahan sekaligus ketenangan?
Terletak di area private |
Tak ada yang mengganggu kecuali mungkin kepak sayap burung yang terlihat melintas di balik dinding kaca |
Saya baru dua kali ke sini. Masih ketagihan dan ingin datang lagi. Kedatangan pertama saya hanya berkunjung, datang pagi hari, pulang sore hari. Pada kunjungan kedua, saya tinggal selama 2 malam 3 hari. Dan itu masih terasa kurang. Kalau kamu ke sini, mungkin kamu pun akan ketagihan :)
Saya masih mau ke sini lagi, kamu? |
Bagaimana cara ke Pulau Leebong?
Mudah. Saran saya sih enaknya beli paket perjalanan lewat travel agent di Belitung dulu, nah nanti tinggal nunggu dijemput di bandara H.A.A Hanandjoedin, diantar ke Pelabuhan Tanjung Ru, dan kemudian ditemani berlayar naik kapal menuju Pulau Leebong.
Speedboat yang mengantar saya ke Pulau Leebong |
Mau datang sendiri, berdua, atau ramai-ramai dengan rombongan? Silakan mana sukanya. Yang penting pesan dulu paket tournya, tidak bisa langsung main datang saja :)
Untuk kemari, bisa lewat operator tour di Pulau Belitung. Salah satunya Viscatour.com yang punya paket ke Pulau Leebong. Kamu bisa pesan Paket Belitung Adventure 3 hari.
Untuk kemari, bisa lewat operator tour di Pulau Belitung. Salah satunya Viscatour.com yang punya paket ke Pulau Leebong. Kamu bisa pesan Paket Belitung Adventure 3 hari.
Kapan ke Pulau Leebong? ^_^ |
Harga rumah pohonnya berapa/malam ?
BalasHapus