Saya merasa bahagia menutup bulan Juli tahun ini dengan traveling selama lima hari di Tanah Lampung, Sai Bumi Rua Jurai. Kunjungan ke sekian kali yang amat berkesan. Merasakan kembali pengalaman baru di tempat baru, bersama orang-orang yang seru, dan semua itu menjadi cerita baru yang tidak mudah untuk dilupakan begitu saja.
Sampai dengan saat ini belum ada kata bosan untuk kembali ke Lampung. Daya tarik berupa kekayaaan alam yang luar biasa, keunikan anekaragam budaya, serta masyarakatnya yang ramah, membuat provinsi paling Selatan di Pulau Sumatra ini selalu menggoda untuk saya kunjungi. Selama lima hari saya ‘menyerahkan’ hati dan badan pada perjalanan, merangkai pengalaman, juga kenangan tentang keindahan alam yang menyatu dengan budaya serta kearifan lokal yang telah mengakar, terjaga, dan lestari. Mulai dari Desa Wisata Gedung Batin dan Air Terjun Puteri Malu di Way Kanan, hingga Kiluan dan Pantai Pegadungan Gigi Hiu di Tanggamus.
17 orang jalan bareng, termasuk Mas Yopie dan Fahri yang sedang motret |
Awalnya Trip Reuni, Akhirnya Trip Siapa Berani
Trip Lampung ini bermula dari keinginan beberapa kawan peserta Trip Belitung tgl 1-3 Mei lalu untuk mengadakan reuni. Ada keakraban yang terjalin saat ngetrip bareng ke Belitung, sehingga mencuatkan rasa rindu untuk jalan bareng lagi.
Tidak semua teman trip Belitung bisa ikut, hanya beberapa saja yang bisa seperti Lestari, Dian, Mbak Ning, Arie, Mbak Samsiah dan ibunya, saya, dan tentunya Mas Yopie. Tujuan kami adalah Kiluan dan Gigi Hiu. Dua tempat wisata yang menjadi ikon pariwisata Lampung ini pun memikat hati teman-teman, itu sebabnya mereka berminat. Kami beli paket. Berhubung ada jumlah minimal peserta, kami pun menambah jumlah orang. Paling sedikit enam, atau jika lebih mesti kelipatannya untuk menyesuaikan kapasitas mobil. Mbak Ning akhirnya bawa keluarga. Mbak Samsiah ajak Pupun dan ibunya. Lestari ajak Tita. Saya ajak Tami, Rian dan mbak Rosanna. Setelah bongkar pasang jumlah pendaftar, akhirnya yang betul-betul jadi berangkat hanya 15 orang termasuk saya. Ga sesuai mininum seat sih sebetulnya. Tapi kami tetap berangkat. Apa boleh buat, ga mungkin paksa-paksa orang untuk ikut kan? Oh ya, tadinya yang minat ikut sampai 20 orang lho.
Blogger Balikpapan, Jogja, Batam, Jakarta; siap jelajah Way Kanan |
Ada 4 tempat wisata yang akan kami datangi dalam waktu berbeda. Tgl. 28-29 mengunjungi Desa Gedung Batin dan Air terjun Puteri Malu di Way Kanan. Tgl. 30-31 menyambangi Kiluan dan Gigi Hiu di Tanggamus. Trip pun terbagi dua kelompok. 4 orang ke Way Kanan terdiri dari saya, Rian, Dian, Mbak Rosanna. Kemudian berempat lanjut ke Kiluan dan Gigi Hiu bergabung dengan 11 peserta lainnya yang baru tiba di Lampung pada tgl. 30 Juli.
Mas Yopie Pangkey memimpin rombongan. Kepada admin #KelilingLampung inilah trip ini kami percayakan. Dengan bergabungnya Mas Indra Pradya (dari dinas pariwisata kota Bandar Lampung) dalam rombongan, makin sempurnalah rombongan kami. Jangan ditanya bagaimana “gilanya” mengekor dua blogger Lampung nge-hits ini. Perjalanan 5 hari jadi seperti senam mulut dan rahang (bisa-bisa abis ngetrip ke dokter gigi). Banyak canda dan tawa tercipta. Tapi inilah yang membuat perjalanan melelahkan jadi terasa indah dan sarat kenangan.
Kami percayakan perjalanan 5 hari pada admin #KelilingLampung ini ~ Yopie Pangkey |
Ngopi Sore di Dr. Coffee
Sesuai rencana, Kamis pagi (28/7) kami mulai berangkat ke Way Kanan. Karena itulah Rabu sore (27/7) kami sudah berada di Lampung. Mbak Rosanna dari Balikpapan, Rian dari Jogja, Dian dari Batam, dan saya dari Jakarta. Di bandara Radin Intan Lampung kami bertemu. Sore itu kami langsung menuju Dr.Coffee. Kebetulan saya memang sudah janjian sama Mas Ali pemilik kafe untuk mampir, jadi saya ajak teman-teman ke sana. Walau sudah amat kesorean dan cuma sejenak saja, tapi lega bisa lihat teman-teman yang baru pertama kali ke Lampung itu mencicipi kopi Robusta asli Lampung di kafe penggiat kopi Lampung *lirik mbak Dian. Di kafe ini kami juga janjian ketemu Relinda Puspita, blogger Bengkulu yang sedang menghadiri acara rakor gubernur se-Sumatra. Mas Yopie menyusul ke kafe, ikut minum kopi bareng. Tak lama mas Ali datang. Senang bersua lagi dengan sosok muda yang ramah itu. Di hadapan kami Mas Ali sempat memperagakan cara menyeduh dan membuat kopi dingin, sekaligus menyajikannya untuk kami. Mantap!
Menginap di OmahAkas, Sarapan di Warung Dara
Rabu malam menginap di OmahAkas, salah satu guest house recommended di Bandar Lampung yang pernah saya inapi saat ikut Festival Teluk Semaka bulan November 2015 lalu. Saya rekomendasikan penginapan ini ke teman-teman, dan mereka oke saja. Jauh hari sebelum ke Lampung saya sudah menghubungi Mas Iqbal, pemilik OmahAkas. Eh ternyata dari tanya-tanya harga dan pesan jumlah kamar, malah dikasih harga spesial. Katanya karena kami blogger yang mau lihat dan angkat pariwisata Lampung, makanya pantas dikasih harga cantik. Alhamdulillah rejeki ya he he. Kamar nyaman, kasur empuk, harga super kece. Nikmat mana lagi yang mau didustakan? :D Tidur pasti nyenyak deh.
Pagi-pagi saat dijemput mas Yopie badan sudah pada segar dan siap berangkat. Pagi itulah untuk pertama kalinya teman-teman bertemu dan kenalan dengan Mas Indra, alhamdulillah langsung cocok dan klop! (cebhox banget dah!) Kami sarapan bareng di Warung Dara, depan bandara Radin Intan. Makan nasi uduk, lontong sayur, ngopi, ngeteh, cukup buat energi selama perjalanan menuju Way Kanan.
Guest house syariah |
Kamar nyaman, tidur nyenyak |
Energi buat jalan jauh ke Way Kanan |
Sarapan bareng, bukan jaim bareng :D |
Ikan Lepas di Guntura Jaya
Waktu tempuh kurang lebih 4 - 4,5 jam dari Bandar Lampung ke Way Kanan seakan hanya separuhnya. Canda tawa yang tercipta sepanjang perjalanan membuat jarak seperti dilipat. Saya bersyukur sekali berada di antara orang-orang yang pandai menghidupkan suasana tanpa baper-baperan. Inilah sorganya perjalanan: punya partner perjalanan yang asik. Sampai di Way Kanan perut jelas sudah lapar. Kami pun meluncur bareng ke warung makan Guntura Raya, menikmati ikan bakar dan ikan goreng sedap yang disajikan bersama sambal tomat ceri mentah dan aneka lalapan. Perut pun kenyang, tapi saya sempat pingin ngedumel deh lihat ikan bakar pesanan ga sampai-sampai karena belok ke meja orang lain haha.
Gaya saat perut sudah kenyang tuh oke banget lho, ada senyumnya :D |
Ikan bakarku ga muncul-muncul :))) |
Muka laper, lauknya belum ada :D |
Singgah di Taman Malini
Kami sempat diajak kawan-kawan dari dispar Way Kanan mampir ke Taman Malini, semacam taman tapi belum sepenuhnya jadi. Terutama bangunan yang entah apa namanya. Di sini ada semacam taman berisi fosil-fosil kayu, rumah adat, kolam ikan, dan tanaman hias yang tampak masih kurang terawat. Tapi saya suka fosil-fosil kayunya, jarang-jarang lihat sebanyak itu.
Mampir di rumah kawan Mas Yopie |
disuguhi camilan kue |
Numpang foto-foto |
Fosil kayu di Taman Malini |
Sekejab di Stasiun Blambangan Umpu
Dari Bandar Lampung, Way Kanan bisa dicapai dengan moda transportasi kereta. Nah, stasiunnya bernama Blambangan Umpu, sama seperti nama ibu kota kabupaten Way Kanan. Kami diajak melihat stasiun. Kebetulan ada kereta lewat, jadi sekalian lihat kereta deh. Jarang-jarang lho lihat kereta di Sumatra hehe. Saya malah sudah 5 tahun ga lihat kereta di Sumatra. Walau tampak biasa saja, tetap spesial bisa lihat kereta di Way Kanan. Ssst…seumur-umur saya ini belum pernah naik kereta di Sumatra. Nah! Kalau mau ke Way Kanan dengan rombongan, saran saya sih sewa mobil saja. Di sini minim angkutan umum. Sepertinya sulit kalau ingin kemana-mana.
Sudah mirip penjaga stasiun kereta belum? |
tut..tut..tuuuuut... |
Bermalam di Desa Wisata Gedung Batin
Untuk sampai ke desa ini kami melewati jalan yang tidak terlalu mulus, dengan latar perkebunan karet di kiri kanan jalan. Jarak tempuh dari pusat kota kabupaten sekitar 20an kilometer. Sinyal pun mulai kembang kempis. Tapi biarlah, yang penting batre ponsel or kamera masih on, biar bisa motret dan bikin video. Di sini, lupakan sinyal ya ciiiin. Berbaur dengan suasana desa saja, lupakan internet bla bla.
Di desa inilah saya menjumpai rumah-rumah tua berusia 200an tahun. 2 abad lho! Itu artinya rumah tersebut sudah berdiri sejak jaman kolonial. Rumah-rumah panggung berbahan utama kayu, atapnya berbentuk segi tiga ditutupi genteng merah, dan beberapa memiliki ornamen ukiran pada penutup beranda. Rumah-rumah tanpa dilapisi cat sehingga punya warna asli kayu yang seragam.
Lingkungan desa tampak bersih. Hal ini terlihat dari jalan hingga pinggiran dan paritnya, halaman rumah hingga kolong rumah, bahkan sungainya pun bersih dari sampah semacam plastik dan kemasan-kemasan pabrik. Kami menginap di rumah warga, dan alhamdulillah tidak kelaparan atau pun kehausan karena tuan rumah juga bisa menyediakan makan dan minum selama kami bermalam.
Suasana tenang ala desa serta kebersahajaan hidup dari warganya yang ramah, menggoreskan kenangan mendalam dalam ruang hati saya. Desa ini merupakan kampung orang tua Pak Adipati Raden Surya, bupati Way Kanan saat ini. Pengalaman bermalam di Desa Gedung Batin, serta cerita tentang Desa Gedung Batin, nanti akan saya tulis pada postingan tersendiri.
Rumah tua usia hampir 3 abad di Desa Gedung Batin |
Kami menginap di sini, di rumah Pak Ali Bakri (baju putih) |
Ruang dalam rumah pak Ali |
Tidur bareng, bukan 'tidur bareng' :D |
Mencari kehangatan di kolong meja |
Celap Celup di Way Besai
Desa Gedung Batin dilalui sungai yang disebut Way Besai (Sungai Besai). Sebagian warga yang belum punya sumur gali, masih menggunakan air sungai untuk mandi dan keperluan rumah tangga. Airnya memang tidak jernih, tapi mengalir deras. Ada jembatan gantung yang bisa digunakan untuk mencapai seberang. Di seberang ada pabrik pengolah karet. Aroma tak sedap khas karet menghampiri penciuman saya ketika melewati pabrik ini. Di sekitar pabrik dan tepian sungai, berderet pohon karet berusia matang, perkebunan milik warga. Wai besai tampak tidak dalam karena bebatuan terlihat menyembul di permukaan. Tapi derasnya bikin ciut, kalau tidak ahli berenang bisa hanyut terbawa arus. Kami sempat ditawari mandi di sungai. Tapi karena hari sudah sore, hampir masuk waktu magrib, tidak jadi. Di rumah pak Ali ada kamar mandi. Kami gantian mandi pada malam harinya. Keluar dari kamar mandi langsung disergap gelap. Saya hampir menjerit saking kaget dan takutnya. Terbayang ada yang colek-colek, lalu dibawa kabur ke hutan desa *mulai berhalusinasi*. Untung dijemput Rian dan Dian pakai senter. Ga jadi takut he he.
Jembatan gantung, tolong jangan rubuh ya... *ada Desva dan Heri di antara kami* |
Sesama fotografer jangan saling mendahului :D |
Neng....nyebur bareng yuk neng.... *Photo by +yopie franz |
Petualangan Seru Menuju Air Terjun Puteri Malu
Kalau kamu ke Way Kanan, kamu wajib kunjungi objek wisata satu ini. Selain perjalanannya yang penuh tantangan (tapi seru), kamu akan lihat air terjun yang punya keelokan tak biasa. Kami motoran dari Desa Juku Batu. Satu orang satu ojek. Motornya motor trail. Saya belum pernah naik motor trail. Sekalinya naik langsung dibawa melewati medan berat. Ampun-ampunan deh. Sampai-sampai kulit di paha lebam semua, pertanda otot-otot protes karena kecapekan. Motor melewati turunan dan tanjakan beberapa kali. Saya sampai pegang erat-erat abang ojeknya, Edi Nugroho namanya. Mas Edi ini ojek yang biasa dipakai mas Yopie pada 2 kunjungan sebelumnya.
Rasa letih motoran terbayar ketika sampai di air terjun. Woaaah….saya sampai tertegun saat melihatnya pertama kali. Berasa berada di habitat dinosaurus yang ada di film-film haha. Tebing batu yang menjadi ‘pelaminan’ air terjunnya tampak gagah dan megah. Rumput-rumput hijau dengan bunga-bunganya yang segar terbentang di pinggiran tebing, indah bak permadani. Keanggunan dan kekuatan, perpaduan apik yang membalut Air Terjun Puteri Malu.
para petualang cantik bersama motor dan abang ojeknya :D |
Kenalin, ini mas Edi Nugroho yang bawa saya PP ke arter Puteri Malu dengan selamat |
Tak jauh dari Puteri Malu ada air terjun kembar yang dinamakan Batu Duduk. Saya, Mas Yopie, Indra, dan Mbak Ros sempat ke sana. Untuk mencapainya hanya dengan sekali nanjak, dan sekali turun, sekitar 100 meteran saja. Air terjunnya tidak kalah elok. Tersembunyi di antara celah bukit, dikelilingi pepohonan lebat, belukar, dan rumput-rumput liar yang segar. Meskipun tidak berada dekat-dekat dengan letak tumpahan airnya, kami sudah cukup senang bisa menikmati keindahannya dari batu-batu yang bergeletakan di sekitar aliran air. Di sini saya menggigil, rasa dingin membatasi gerakan, membuat saya tak sanggup angkat kamera untuk motret banyak-banyak. Dan saya gagal motret fotografer yang diam-diam kencing tanpa sekat. Ha ha.
Air Terjun Puteri Malu |
Bercanda gembira sambil main air *Photo by yopiefranz.com* |
Air Terjun Batu Duduk |
Menggigil kedinginan :D *Photo by Yopie Pangkey* |
Makan Siang di Ayam Soponyono Bukit Kemuning
Pulang dari air terjun sudah siang, perut jelas sudah lapar. Sepanjang jalan pulang untuk meninggalkan Way Kanan, mata pada larak lirik cari tempat makan. Banyak sih tempat makan, tapi kok banyak yang tutup? Apa sudah habis ya? Masa sesiang ini? Akhirnya kami singgah makan di RM Soponyono, di Bukit Kemuning. Saat itu HP saya sudah mati, mungkin dia lelah dipakai motret-motret. Mau angkat-angkat kamera DSLR rada males, tangan sudah tak sanggup lagi. Tapi akhirnya sempat motret juga sih. Blogger gitu lho, kudu motret biar jadi bahan tulisan :D Oh iya, ayam gorengnya enak juga. Kalau lewat Bukit Kemuning, sedang cari tempat makan, mampir sini deh.
Ayam bakar dan gorengnya enak |
Gagal Karaokean di Selebriti Entertainment Center Bandar Lampung
Horeeeeee…..Mas Yopie ajak kami makan malam di Seleberiti BDL! Tahu nggak, saya sudah lama lho penasaran ingin ke Selebriti karena Mas Yopie pernah beberapa kali cerita, bahkan posting di blognya tentang kafe ini. Saya ngiler dengan sandwich tuna yang pernah dia makan. Ngiler dengan minuman dan makanan lain yang pernah dia foto. Haha ngiler semua yaa. Baru sekarang terwujud ke selebriti. Senangnya tuh karena bisa ke sana bareng kawan-kawan. Kami dipertemukan dengan Mas Anton juga, GM Selebriti. Saat makan, sempat ajak ngobrol, lalu dilanjut foto bareng. Selebriti ini tempat yang cocok banget dengan selera saya hihi. Maksud saya tuh gini, kalau ke Lampung, pingin ngobrol atau ketemu teman, sambil menikmati makanan dan minuman enak, ya Selebriti Entertainment ini tempatnya. Ada café & resto, concert venue, karaoke, dan meeting room. Lengkap kan.
Ini Jus Kiwi Mas Yopie dan Velvet Frostychino punya saya, mana minumanmu? :D |
Makan malam dengan Golden Brochette Vietnam Beef. Kamu makan apa? |
Isi meja sudah 'beres' :D |
Foto bareng Pak Anton, GM Selebriti |
Sejenak di Taman Kupu-Kupu Gita Persada
Jumat malam (29/7) kami menginap lagi di OmahAkas. Mungkin kata resepsionisnya, loe lagi loe lagi. Biarin deh, bayar ini. Haha. Sabtu pagi kami sudah bangun, meluncur kencang ke bandara untuk jemput rombongan trip Kiluan dan Gigi Hiu. Awalnya mau sarapan dulu di Warung Dunia, makan lupis dan klepon (ngidam tralala). Tapi karena berkejaran dengan waktu akhirnya ga jadi, yang ada sarapan lagi di Warung Dara. Loe lagi loe lagi, gitu kali kata ibu warungnya :D
Jam 8 pagi semua rombongan sudah tiba di Lampung, langsung diajak ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada. Jumlah yang tadinya cuma berenam, sekarang jadi 17 orang. Rame! Dengan menggunakan tiga mobil (1 Innova 2 Avanza), kami berangkat bareng-bareng ke Kiluan.
Kunjungan ke Taman Kupu-Kupu ini sebetulnya tidak ada dalam agenda. Tapi karena ada pembatalan ke Laguna Gayau (ditutup karena alasan sedang tidak aman), akhirnya taman kupu-kupu ini jadi pengganti. Kebetulan pada mau. Ya sudah kami mampir. Saya sendiri senang bisa datang ke sini lagi untuk ketiga kalinya. Lihat kupu-kupu lagi, bahkan makan jambu biji hasil panjatan Dunia Indra yang naik pohon lincah banget kayak tupai haha. Makasih mas Indra sudah kasih saya vitamin C (sariawan ga sembuh2). Aiih sudah tiga kali ke sini belum juga bikin postingan tersendiri. Ok nanti dibuat deh ^_^
Bagi yang belum tahu, ada cerita menarik di balik berdirinya taman kupu-kupu ini. Silakan baca di blognya Mas Yopie berikut ini: Taman Kupu-Kupu Gita Persada
Di dalam penangkaran kupu-kupu |
Foto bareng di Taman Kupu-kupu Gita Persada |
Mencicipi Pindang Ikan Simba di RM Ika Pesawaran
Dalam perjalanan menuju Kiluan, biasanya akan melewati RM IKA. Rumah makan ini memiliki sajian menu pindang kepala simba, salah satu kuliner khas Lampung yang layak untuk dicoba. RM IKA terletak di Jalan Raya Way Ratay, Hurun, Kab. Pesawaran. Kami singgah dan makan siang di sini. Selain agar teman-teman bisa merasakan seperti apa rasanya pindang Lampung, juga memang sudah waktunya makan siang. Kilaun masih jauh, 2-3 jam lagi. Setelah Pesawaran, agak sulit untuk mencari keberadaan rumah makan lagi. Dari pada lapar di jalan, lebih baik makan di sini.
Kami ambil 3 meja. Masing-masing meja pesan satu porsi pindang yang bisa dinikmati 4-5 orang. Harga per porsi Rp 110.000,- Karena makan siang ini diluar paket Kiluan, jadi kami bayar sendiri-sendiri. Biar murah meriah, satu porsi kami patungan rame-rame. Di sini jusnya murah lho. 1 gelas jus mangga enak hanya Rp 10.000,- dan 1 gelas kopi Rp 5.000,- saja.
Satu porsi pindang kepala ikan simba ini bisa untuk ber 4-5 orang |
Makan bareng, bukan baper bareng :))) |
Petualangan Seru ke Pantai Pegadungan Gigi Hiu
Sampai di Kiluan kami sudah ditunggu. 16 motor sudah siap mengangkut kami. Mobil ketiga belum tiba. Sementara hari makin sore, khawatir pulang kemalaman, karena itu rombongan dalam 2 mobil yang sudah lebih dulu tiba langsung diberangkatkan ke Gigi Hiu. Perjalanan penuh tantangan kembali dimulai. Satu ojek satu orang. Tidak ada motor trail seperti saat menuju Air Terjun Puteri Malu. Adanya motor-motor biasa, bahkan ada yang matic! Olala.
Di tengah beratnya perjalanan menuju ke Gigi Hiu, muncul selorohan “Kita melewati jalan empat musim”. Musim batu, musim cor, musim lumpur, musim aspal hancur. He he. Ya, memang begitulah keadaannya. Jangan ke Gigi Hiu kalau tidak punya niat yang kuat, bisa-bisa balik badan karena lihat jalannya yang jelek. Ga heran kalau mbak Dian dan mbak Ning sampai terbalik dan ditimpa motor. Tapi syukurlah semua masih aman, tidak terluka apalagi patah tulang. Mereka bangkit dan jalan lagi. 1 jam motoran dari Kiluan ke Gigi Hiu. Semua dinikmati, semua dijalani. Dan semua rasa lelah itu terobati saat sampai di Gigi Hiu. Ingin tahu pesona apa yang bisa dilihat di Gigi Hiu? Beuuh saya kehilangan kata-kata untuk melukiskannya. Lihat sendiri saja. Kalau belum ada waktu, lihat fotonya saja dulu. Yaaah walau fotonya tak seindah aslinya, setidaknya punya bayangan lah ya. Tentang Gigi Hiu ini, nanti akan saya tulis pada postingan sendiri.
Motoran melewati jalan 4 musim :D |
baru separuh perjalanan lho ini |
Bertemu kawan Para Petualang Lampung |
Pantai Pegadungan Gigi Hiu |
Nggak Kapok Ikut Tur Lumba-Lumba
Tur lumba-lumba dimulai pada pagi hari. Guide lokal bilang akan berangkat jam 6. Kami pun siap-siap. Eh tumben jam 5 sudah ada sarapan. Padahal biasanya abis tur baru ada sarapan, sekitar jam 8 atau 9. Setelah semua sarapan, kami pun berangkat menggunakan 5 buah jukung. Semua berangkat, termasuk ibu mbak Samsiah. Kalau naik perahu pasti aman lah ya buat ibu, kalau motoran ke Gigi Hiu kemarin kudu mikir panjang. Makanya waktu ke Gigi Hiu hanya ibu mbak Samsiah yang tidak ikut, beliau menunggu di cottage.
Sabtu malam hujan. Menurut mas Indra, kalau terjadi hujan di malam hari, lumba-lumba akan keluar. Kalau sudah keluar di malam hari, lumba-lumba tidak akan keluar lagi di pagi hari. Dan memang itulah yang terjadi. Setelah satu jam berlayar di laut sangat dalam, di tengah gelombang yang cukup tinggi, gerimis pula, tak ada satu pun lumba-lumba muncul. Jangankan melompat-lompat girang, ekor atau siripnya pun tak kelihatan. Dan hanya saya, mas Yopie, guide, dan mungkin mbak Dian yang menemukan penampakan ikan. Itu pun hanya sirip. Lumba-lumba? Hiu? Marlin? Katanya itu marlin.
Siap berangkat ke laut, siapa tahu berjumpa lumba-lumba |
Sabar menanti kemunculan lumba-lumba. Tetap tenang, tetap senang.....ya kawan. |
Ini adalah yang ketiga kali saya ikut tur lumba-lumba. Tiga kali dengan pengalaman berbeda. Pernah bertemu dan pernah tidak bertemu sama sekali. Ya begitulah hewan liar yang tinggal di habitatnya, tidak bisa diajak janjian, tidak bisa diatur seperti lumba-lumba di Ancol yang mudah untuk dilihat dan disuruh melompat. Kecewa pasti ada lah ya. Tapi ya ga mungkin mau salahin lumba-lumbanya hihi. Sudah 3x lho saya ke sini, ngga kapok, yang ada ingin datang lagi. masih penasaran :D
Ada yang mau snorkeling ditemani fotografer ini? |
Mbak Ning snorkeling bareng keluarga |
Kalau nggak snorkeling bisa main-main menikmati pantai depan cottage |
foto-foto cantik di pantai |
Anjungan Tamong Haji
Ini nama penginapan kami di Teluk Kiluan. Sudah tiga kali saya menginap di sini. Suka dengan suasananya, sepi, jauh dari pemukiman penduduk. Tenang ga ada yang ganggu. Berasa punya pantai pribadi kalau di sini. Di sini ada 5 cottage dengan ukuran berbeda-beda. Kalau menginap di sini, kudu naik jukung dulu dari Desa Kiluan Negeri, seperti hendak menyeberang ke pulau. Biasanya harga sewa cottage sudah termasuk makan (selama di penginapan), tur lumba-lumba (jukung+guide), jukung buat nyebrang ke cottage, ikan bakar (biasanya utk bbq malam hari), alat snorkeling.
Ini adalah pantai di depan penginapan kami, berasa punya pantai pribadi kalau menginap di sini |
Foto bareng sebelum pulang, di depan salah satu cottage yang kami inapi |
Jika ada tambahan trip ke Gigi Hiu, maka dikenakan biaya ojek PP sebesar Rp 200.000 per orang (harga saat ini). Bonusnya, treking ke Laguna Gayau. Jadi, ke laguna bukan termasuk kegiatan utama di Kiluan. Hanya jika peserta trip mau saja. Ya barangkali ada yang kecewa ga ketemu lumba-lumba, bisa nyebur liat terumbu karang (snorkeling depan cottage), atau berendam di laguna. Ke laguna itu paling cuma bayar restibusi Rp 5.000 dan bayar guide lokal (yang udah pengalaman bawa orang). Oh ya, cottage yang kami tempati bukan cottage mewah. Fasilitasnya seadanya. Listrik jenset. Kamar mandi sederhana. Ga sedia handuk dan perlengkapan mandi, kudu bawa sendiri. Kasurnya digeletakan saja di lantai, tanpa ranjang. Tapi menurutku pribadi, cottage tamong haji termasuk paling enak buat nginap. Kemarin kami sewa 3 cottage. 1 cottage khusus buat keluarga mbak Ning. 1 cottage (2 kamar) ditempati 7 perempuan. 1 cottage (2 kamar) lagi ditempati Mbak Samsiah+ibunya, dan Mas Yopie+Arie+Indra. Pas banget!
Sebelum meninggalkan Desa Bandung, menyeberang kembali ke Dusun Kiluan Negeri |
Sampai Jumpa Lagi
Dari beberapa kali kunjungan ke Lampung, trip lima hari di akhir bulan Juli tahun ini jadi trip paling berkesan bagi saya. Mungkin karena paling lama, paling seru, paling heboh, dan paling banyak tantangan yang dihadapi saat menuju tempat wisatanya, makanya jadi yang paling punya kesan. Teman perjalanan juga punya pengaruh, dan saya sadari betul keberadaan orang-orang yang jadi teman perjalanan lah yang membuat trip ini menjadi penuh warna.
Pulang |
Sampai jumpa lagi Kiluan |
Kebersamaan yang tidak akan terlupakan |
Perjalanan hanyalah cara untuk mencipta rindu…
Ayo Keliling Lampung :)
0 komentar:
Posting Komentar